la5cdBVcJFaCKClaZd870wvmwrwziXBkFqlQB4ZQ
Bookmark

Pengertian Taksonomi Menurut Ki Hajar Dewantara Dan Bloom

Pengertian Taksonomi Menurut Ki Hajar Dewantara Dan Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasikan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi bertingkat dari sesuatu atau prinsip. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat dan kejadian-kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Taksonimi Menurut Ki Hajar Dewantara (Cipta-Rasa-Karsa)

Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.

Baca juga: Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli

Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh dan berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik).

Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari 3 hal yaitu Cipta, Rasa dan Karsa. Cipta adalah kesadaran manusia untuk menyadari adanya hidup itu sendiri. Daya cipta merupaka anugrah besar yang diberikan kepada Manusia. Dengan adanya unsur Cipta, manusia bisa menyadari adanya Sang Pencipta.

Baca juga: MAKALAH GURU PAI DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Adanya kita karena adanya Sang Pencipta yang Abadi dialah Allah AR-Rahman AR-Rahim. Dengan Keberadaan-Nya lah, kita diberi Anugrah untuk bisa merasakan, dan merasakan semua yang ada. Rasa adalah mediator atau sarana kita mengenal Sang Maha Kekal atau yang selalu ada tidak berawal dan berakhir. Dan semua Manusia tidak pernah lepas dari Rasa. Karena adanya Rasa, timbulah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa yaitu Karsa. 

Maksud Karsa adalah dalam bentuk keinginan yang diaplikasikan. Banyak orang tua jawa mengatakan ketika kita bisa menyelaraskan 3 komponen diatas, kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan. Kita bisa merasakan Kebesaran Tuhan. Secara Fisik, kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh manusia. Untuk Cipta berada di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan Karsa terletak di perut manusia. Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di dada, karena Rasa merupakan manifestasi dari Hati.

Taksonomi Menurut Benjamin S. Bloom (Taksonomi Bloom)

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dalam tiga ranah, yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.

Baca juga: Pengertian, Latar belakang, Ruang lingkup Dan Pentingnya Kurikulum Bagi Guru

Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah) dan setiap domain tersebut dibagi lagi ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan tingkatannya. Tujuan pendidikan dibagi dalam tiga ranah, antara lain:

Ranah Kognitif

Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), menekankan perilaku pada aspek intelektual. Benjamin S. Bloom menggolongkan tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana sebagai tingkatan yang paling rendah ke evaluasi yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.

1) Knowledge (Pengetahuan)

Didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengingat dan menghafal.

2) Conprehension (Pemahaman)

Didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi atau bahan yang meliputi menerjemahkan, menginterpretasikan dan menyimpulkan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi ke materi lain.

3) Application (Penerapan)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum dan teori yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

4) Analysis (Analisis)

Merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis kaitan antar bagian, serta mengenali antar bagian tersebut.

5) Syntesis (Sintesis)

Kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan proses berfikir analisis, sintesis merupakan proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang terstruktur atau berpola baru.

6) Evaluation (Evaluasi)

Merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan dengan beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih suatu pilihan yang paling baik.

Ranah Afektif

Ranah Afektif mulanya dikembangkan oleh David R. Krathwolhl dan kawan-kawan pada tahun 1974 dalam buku berjudul Taxonomi of Education Objective : Afection Domain. Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah ini oleh Krathwolhl dan kawan-kawan dibagi lebih rinci ke dalam lima jenjang, antara lain:

1) Receiving (Penerimaan)

Merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

2) Responding (Menanggapi)

Mengandung arti adanya partisipasi yang aktif. Dengan kata lain, Responding adalah kemampuan seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap fenomena tersebut dengan suatu cara.

3) Valuing (Penghargaan Terhadap Nilai)

Artinya memberikan penghargaan terhadap suatu kejadian atau obyek, menerima nilai-nilai setia kepada nilai-nilai dan memegang teguh nilai-nilai. Dalam kaitan proses belajar mengajar, peserta didik di sini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan, tetapi mereka telah mampu menilai konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk.

4) Organization (Pengorganisasian)

Artinya menghubungkan nilai-nilai yang telah dipahami, mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam hidupnya.

5) Characterization (Karakteristik)

Di sisni nilai telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkatan tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana, ia telah memiliki philosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk satu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”.

Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman tertentu. Pada ranah ini berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin. Rincian pada ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh ahli lain berdasarkan ranah yang dibuat Bloom, antara lain:

1) Imitation (Peniruan)

2) Manipulation (Penggunaan)

3) Precision (Ketepatan)

4) Articulation (Perangkaian)

5) Naturalisation (Naturalisasi)

Penutup Pembahasan

Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun berdasarkan ciri-ciri bidang tertentu. Taksonomi pembelajaran adalah usaha pengelompokan tujuan pembelajaran atau pendidikan yang menurut Benjamin S. Bloom dibagi menjadi tiga ranah yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Dimana masing-masing ranah tersebut dibagi lagi ke dalam bagian yang lebih rinci.

Posting Komentar

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan dan sesuai dengan topik pembahasan