la5cdBVcJFaCKClaZd870wvmwrwziXBkFqlQB4ZQ
Bookmark

KEUTAMAAN BELAJAR DALAM Q.S AZZUMAR AYAT 9

KEUTAMAAN BELAJAR DALAM Q.S AZZUMAR AYAT 9



KEUTAMAAN BELAJAR
Q.S AZZUMAR AYAT 9
Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS Semester 7
Mata Kuliah : Tafsir II (Tarbawi)
Dosen Pengampu: Muhammad Bahauddin, M. Hum










Disusun Oleh :
1. Muhammad nur afif (1410120044)






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017


Keutamaan Belajar Dalam Q.S Azzumar Ayat 9

Ø£َÙ…َّÙ†ْ Ù‡ُÙˆَ Ù‚َانِتٌ آنَاءَ اللَّÙŠْÙ„ِ سَاجِدًا ÙˆَÙ‚َائِÙ…ًا ÙŠَØ­ْØ°َرُ الْآخِرَØ©َ ÙˆَÙŠَرْجُÙˆ رَØ­ْÙ…َØ©َ رَبِّÙ‡ِ ۗ Ù‚ُÙ„ْ Ù‡َÙ„ْ ÙŠَسْتَÙˆِÙŠ الَّØ°ِينَ
ÙŠَعْÙ„َÙ…ُونَ ÙˆَالَّØ°ِينَ Ù„َا ÙŠَعْÙ„َÙ…ُونَ ۗ Ø¥ِÙ†َّÙ…َا ÙŠَتَØ°َÙƒَّرُ Ø£ُولُÙˆ الْØ£َÙ„ْبَابِ
Artinya :
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.[1]

A.Mufrodat ayat

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
Ø£َÙ…َّÙ†ْ Ù‡ُÙˆَ Ù‚َانِتٌ

Ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
آنَاءَ اللَّÙŠْÙ„

Sengan sujud dan berdiri
سَاجِدًا ÙˆَÙ‚َائِÙ…ًا

Sedang ia takut kepada (azab) akhirat
ÙŠَØ­ْØ°َرُ الْآخِرَØ©َ

B.Asbabun Nuzul ayat

Firman Allah Ø£َÙ…َّÙ†ْ Ù‡ُÙˆَ Ù‚َانِتٌ … ibnu abbas berkata : dalam riwayat ‘atho ayat tersebut diturunkan pada sahabat abu bakar as-Shidiq. Menurut ibnu ‘umar diturunkan pada sahabat Usman bin Affan, menurut Muqotil diturunkan pada Amr bin Yasir

C.Munasabah Ayat

1. Munasabah q.s Azzumar ayat 9 dengan ayat 10
Bahwasanya di dalam ayat 9 orang yang beruntung mendapatkan hidayah oleh Allah SWT dan di suruh untuk memikirkan tentang ibadahnya kepada Allah karna hanya ornag-orang yang berakalah yang dapat mengambil pelajaran.Sedangkan pada ayat 10 memperkuat ayat sebelumnya bahwa orang islam harus bertaqwa kepada allah dan senantiasa bersabar karna orang yang berbuat baik di dunia akan mendapat pahala yang utuh dan melimpah.

D. Tafsir Q.S. Azzumar Ayat 9

Awal ayat Sembilan di atas kata ( Ø£َÙ…َÙ†ْ) aman dalam bentuk pertanyaan dan ada juga yang membacanya ( Ø£َÙ…ّÙ†ْ) amman. Terdiri dari huruf (Ø£ ) alif dan (من ) man yang berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai subjek, dan predikatnya tidak tecantum karena telah diisyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan bagi Allah sekutu-sekutu… Bacaan kedua ( أمّÙ†) amman terdiri dari dua kata yaitu ( أم) am dan ( من) man, lalu di gabung dalam bacaannya yang mengandung dua kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi sebagai kata yang digunakan bertanya. Apakah si kafir yang mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, sama dengan yang percaya dan tekun beribadah?. Yang kedua, kata am berfungsi memindahkan uraian ke uraian yang lain, tidak usah mengancam mereka, tetapi tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan sekutu bagi Allah dengan yang tekun beribadah?.
Kata (قانت ) qaanit terambil dari kata (قنوت) qunuut yaitu ketekunan dalam ketaatan disertai ketundukan hati dan ketulusannya. Ayat tersebut menggambarkan sikap lahir & batin. Sikap lahir digambarkan oleh kata-kata saajidan/ sujud dan qaa’iman/ berdiri sedang sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat (ÙŠَØ­ْØ°َرُ الْآخِرَØ©َ ÙˆَÙŠَرْجُÙˆ رَØ­ْÙ…َØ©َ رَبِّÙ‡ِ ) yang artinya takut kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.
Kata ( يعلمون) ya’lamuun sama halnya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah pengetahuan yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu. Kata ( يتذكّرون) yatadzakkaru berasal dari kata (ذكر ) dzikr yakni pelajaran/ peringatan[2].
Ayat ini menerangkan perbedaan antara orang kafir dengan orang yang selalu taat menjalankan ibadah kepada Allah dan takut dengan siksa Akhirat yang selalu mengharapkan Rahmat (surga).
Tidak sama antara orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan mengEsakan Allah, mentaati semua perintah menjauhi larangan-Nya, yaitu Abu Bakar dan sahabatnya, dengan orang-orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan yaitu Abu Jahal dan sahabatnya.
Ayat di atas menunjukkan keutamaan ilmu daripada harta, karena orang yang mempunyai ilmu mengetahui kemanfaatan harta dan orang yang tidak berilmu tidak mengetahui kemanfaatan ilmu.
Ayat ini berisi karakteristik orang-orang mukmin yang selalu taat kepada Tuhan dengan beribadah di waktu malam, takut terhadap siksa akhirat, dan mengharap kasih sayang Tuhan. Selain itu, ayat ini juga membandingkan kedudukan dua kelompok: kelompok orang kafir yang inkonsisten dalam beragama dan kelompok orang mukmin yang teguh dan konsisten. Dan jawabannya jelas tidak sama, demikian halnya tidak sama antara orang yang mengetahui dan tidak. Dan di ayat terakhir tertuliskan bahwasannya hanya ulul albab yang bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Makna mengambil pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan melakukan refleksi dan aksi, sehingga ulul albab merupakan representasi orang-orang yang mampu memadukan sosok qaanit (kaya amal kebaikan) dan sosok ‘alim (berwawasan luas). Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu yang pernah terjadi pada diri seseorang dan ia bisa mengambil hikmah darinya sebagai pijakan untuk melangkah kedepan dan memperbaiki diri merupakan pemandu menuju kebaikan hidup.[3]
Selain itu Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu malam, dalam keadaan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di kampung akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmat Allah.
Perintah yang sama diberikan Allah kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang dimaksud dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan sedikutpun akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dan amal buruknya.
Di akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran, baik pelajaran dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga terdapat pada dirinya atau suri teladan dari kisah umat yang lalu.

E. Aspek Kandungan Pendidikan

1. Perbandingan orang yang beruntung (selalu taat pada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya) dengan orang yang rugi (kafir).
2. Tidak sama antara orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dengan orang bodoh.
3. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim supaya tidak mudah terperdaya oleh orang-orang yang suka menghasut
4. Belajar terus menerus dan mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan.
5. Semakin banyak ilmu yang kita dapat, janganlah sombong. Tetapi layaknya padi semakin berisi semakin merunduk.
6. Berfikir kritis dalam menghadapi segala persoalan.
7. Menjadikan zuhud terhadap dunia dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT
F. Kesimpulan

Keutamaan belajar bagi orang muslim adalah sebuah kewajiban untuk membedaan orang yang berakal dengan orang yang jahil.Namun ketika kita telah menjadi orang yang berilmu tidak boleh sombong namun tetap menjadi orang zuhud kepada allah karna sesungguhnya segala sesuatu itu datangnya dari allah SWT.Seprti ilmu padi yang semakin tinggi akan semakin merunduk.
Pada dasarnya orang yang berakal/ berilmu dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ada di dunia ini Dan ketika kita bisa menyalurkan ilmu yang kita peroleh kepada orang lain dengan cara yang baik pula kita akan mendapat pahala yang tek terbatas ketika orang itu selalu mengamalkan ilmu yang kita berikan Karna janji allah itu pasti kepada hamba-hambanya.Sebaliknya,orang yang tidak mau menuntut ilmu maka akan jadi orang yang Jahil dan mudah terpedaya dan mudah terjerumus kepada hal yang mungkar.


DAFTAR PUSTAKA

[1]Departemen Agama. Alquran dan Terjemahannya. (Surabaya: Karya Utama,2005).
[2]Shihab,Quraish. Tafsir Al Misbah (Yogyakarta: Lentera Hati, 2006)
[3]Arif,Mahmud. Menyelami Makna Kewahyuan KItab Suci. (Yogyakarta: Idea Press, 2009)



[1] Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, (Surabaya: Karya Utama,2005). Hal. 659-660.

[2] Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah (Yogyakarta: Lentera Hati, 2006), Hal. 196-197

[3] Mahmud Arif, Menyelami Makna Kewahyuan KItab Suci, (Yogyakarta: Idea Press, 2009), Hal, 32
Posting Komentar

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan dan sesuai dengan topik pembahasan