Masa kecil Zaid bin Tsabit
Ketika Rasulullah tiba di Madinah, kondisi Zaid saat itu adalah sudah menjadi seorang anak yatim. Ayahnya merupakan seorang pejuang yang wafat ketika ikut dalam Perang Bu’ats.
Ada cerita yang sangat menarik yang terjadi pada zaid kecil, dimana sewaktu kecil, ia pernah menemui Rasulullah bersama dengam orang-orang dewasa dan meminta untuk bisa turut serta berjuang dalam Perang Badar. Akan tetapi saat itu Rasulullah tidak mengizinkannya untuk ikut serta dalam perang kali ini, karena zaid masih terlalu muda dan badannya pun juga masih kecil.
Tidak menyerah dengan tolakan yang di dapatkan dari Rasululloh ketika Perang Badar, saat Rasulullah menyiapkan pasukannya untuk Perang Uhud, Zaid kembali memawarkan dirinya untuk menjadi bagian dalam perang dan Kali ini ia menemui Rasulullah tidak sendiri namun bersama rombongan remaja yang seusia dengannya. Mereka semua tentunya sangat Berharap Rasulullah bisa mengikut sertakan mereka dalam barisan pasukan mujahidin.
Rasulullah kemudian memandangi para calon pejuang muda ini dengan pandangan penuh rasa bangga dan rasa terimakasih, namun karena mereka terlalu muda, sebenarnya Rasulullah masih menginginkan agar mereka untuk izin tidak ikut saja, kemudian Majulah pejuang muda yang bernama Rafi’ bin Khadij membawa sebilah belati atau tombak, kemudian Ia memamerkan keahliannya dalam menggunakan senjata tersebut. Rafi’ berkata, “Sesungguhnya aku sebagaimana yang Anda lihat ya rasulullah.. Aku mahir dalam menggunakan senjata, karena itu izinkanlah aku.” kemudian Rasulullah pun mengizinkannya.
pejuang muda yang bernama Samurah bin Jundab pun juga ikut maju, namun sebelum sempa menunjukan semua keahliannya secara langsung, salah seorang dari anggota keluarganya mengatakan “Sesungguhnya Samurah lebih hebat dari Rafi.” kemudian Rasulullah pun mengizinkannya untuk turut serta dalam perang.
kini tersisalah 6 orang pemuda pemberani yang di antara mereka ada Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar. Mereka juga tak mau kalah dan turut mengeluarkan segala kemampuannya sampai kemampuan dalam membujuk dan merayu Rasulullah. jika sudah tak mempan dengan bujukan yang keluar dari lisan, mereka mulai membujuk dengan air mata, Belum juga bisa berhasil dengan semua cara mengiba itu, mereka juga mulai unjuk kekuatan dengan menunjukkan otot-otot mereka. Namun usia mereka masih terlalu muda, Dan tubuh mereka juga masih begitu kecil, sehingga dengan berat hati Rasulullah SAW tetap menolak mereka secara halus sekaligus menghibur mereka dengan memberi sebuah janji, nanti Rasulullah akan mengajak mereka pada perang yang berikutnya.
Akhirnya janji Rasulullah untuk mengajak Zaid dan Tsabit pun ditepati zaid bersama anak-anak seusiasanya memulai pengalaman jihad mereka pada saat Perang Khandaq yang terjadi Pada tahun 5 H.
kecerdasan Zaid bin Tsabit
Diceritakan dari Amir, ia menceritakan : Sesungguhnya tebusan bagi tawanan Perang Badar ialah 40 ukiyah emas. Siapa saja yang mempunya kepandaian dalam hal baca-tulis, mereka akan diperintahkan untuk bersedia mengajar baca tulis pada 10 orang kaum muslim.
Di antaranya yang saat itu mendapat pengajaran adalah Zaid bin Tsabit. Zaid dikenal sebagai seorang cendekia yang memiliki keistimewaan di berbagai bidang ke ilmuan.
Zaid merupakan seorang penghafal Alquran, Juru tulis Nabi yang ditugaskan untuk menulis wahyu yang diturunkan pada Rasulullah. Ia dikenal memiliki kualitas ilmu dan hikmah yang sangat mendalam.
Saat Rasulullah mulai menyampaikan risalah Islam keberbagai daerah keluar Madinah, ketika melakukan surat menyurat pada para raja maupun kaisar, beliau memerintahkan secara langsung pada Zaid untuk bisa mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan oleh mereka, dengan rasa kepatuhan Zaid belajar dengan sangat giat dan akhirnya zaid pun berhasil menguasai bahasa-bahasa tersebut dalam kurun waktu yang singkat.
Setelah menguasainya Kemudian zaid bertugas menulis surat Nabi kepada mereka. dan sebaliknya, jika mereka yang mengirimkankan surat kepada Nabi, zaid yang akan menerjemahkannya.
Diceritakan Tsabit bin Ubaid dari Zaid bin Tsabit, ia berkata : Rasulullah berkata padaku, “Apakah engkau bisa Bahasa Suryaniyah?” “Tidak” jawabku. “Pelajarilah.. Sungguh nanti akan datang surat-surat kepada kita”, pinta Rasulullah. Aku pun mempelajarinya dalam rentang waktu 17 hari.
Kita teringat dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﻣَﻌَﺎﻟِﻲَ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮْﺭِ ﻭَﺃَﺷْﺮَﺍﻓِﻬَﺎ ﻭَﻳَﻜْﺮَﻩُ ﺳَﻔْﺴَﺎﻓَﻬَﺎ
“Sesungguhnya Allah mencintai perkara yang terbaik dan membenci sesuatu yang asal-asalan.” (HR. ath-Thabrani).
Disini kita bisa melihat Bagaimana pengaruh pendidikan yang diberikan Rasulullah pada para sahabat. Selain faktor kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, tentu tekad berupa kemauan dan kesungguhan juga sangat berpengaruh.
Diceritatan Al-A’masy mengatakan “Pernah datang surat-surat kepada Zaid. Tapi ia sama sekali tidak tertarik untuk membacanya, kecuali yang ia percaya saja. Kemudian dari sinilah ia mulai dikenal dengan sebutan Penerjemahnya Rasulullah.”
Posting Komentar