la5cdBVcJFaCKClaZd870wvmwrwziXBkFqlQB4ZQ
Bookmark

KEUTAMAAN BELAJAR QS. Al Alaq Ayat 1-5

KEUTAMAAN BELAJAR QS. Al Alaq Ayat 1-5

KEUTAMAAN BELAJAR
QS. Al Alaq Ayat 1-5
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir II (Tarbawi)
Dosen Pengampu: Muhammad Bahauddin

KEUTAMAAN BELAJAR QS. Al Alaq Ayat 1-5

DisusunOleh:
Muhammad Alfun Nuha
NIM. 1410120073



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PAI
2017
KEUTAMAAN BELAJAR
QS. Al-Alaq ayat 1-5

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ.عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Mufradat
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَMulailah membaca al-Qur’an dengan menyebut nama Tuhanmu, atau dengan mohon pertolongan kepada-Nyaالَّذِي خَلَقَYang menciptakan segala sesuatuخَلَقَ الْإِنْسانَMenciptakan jenis manusiaمِنْ عَلَقٍعَلَقٍJama’ dariعلقة: yaitu segumpal darah yang sedikit dan beku, kalaudarah itu mengalir disebut مسفوحاقْرَأْBacalah (sebagaipenguatperintah membaca dariayat pertama)وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُdan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang kemurahannya melebihi kemurahan yang lain, dan tidak dapat ditandingi oleh kemurahan siapapun, karena Dia memberikan nikmat tanpa tujuan apapun dan kepada siapapunالَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِMengajarkan menulis dengan pena, dan yang pertama sekali diajarkan menulis adalah nabi Idris as.عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ يَعْلَمْMengajarkan manusia dengan menciptakan berbagai potensi, menegakkan dalil,mengajakannya segala sesuatu tanpa guru seperti menulis, industri, dan lain-lain. Maksudnya adalah Dia mengajarkanmu membaca walaupun kamu tidak bisa membaca.
Penafsiran QS. Al-Alaq ayat 1-5
Asbabun Nuzul QS. Al-Alaq ayat 1-5
Dalam hadis diriwayatkan oleh Aisyah r.a., ia berkata bahwa permulaan wahyu kepada Rasulullah saw ialah mimpi baik, pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca pagi. Kemudian, timbullah pada diri beliau keinginan meninggalkan keramaian. Untuk itu, beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah, istri beliau, menyediakan perbekalan untuk beliau.
Pada suatu saat, datanglah malaikat kepada beliau. Malaikat itu berkata, "Iqra' (bacalah)!" Beliau menjawab "Aku tak pandai membaca." Malaikat mendekap beliau sehingga beliau merasa kepayahan. Malaikat itu kembali berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab lagi. "Aku tak pandai membaca." setelah tiga kali beliau menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah al- 'Alaq ayat 1-5, sebagaimana tersebut.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut). Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil berkata, "Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku)." Setelah mereda rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menceritakan kejadian yang dialami. Setelah mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang yang memikul yang berat."Khadijah segera mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat memahami Kitab Injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw. untuk menceritakan kejadian yang dialami semalam.Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini!". Lalu Waraqah bertanya: "Apakah yang ingin engkau ketahui wahai anak saudaraku?". Lalu Nabi SAW. menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi di gua Hira'. Kemudian Waraqah berkata: "Itu adalah Jibril yang pernah datang menemui Isa as : sekiranya saya ini seorang pemuda yang tangkas dan kiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu", maka Nabi bertanya: "Apakah mereka akan mengusir aku?". Jawab Waraqah: "Ya! hanya sedikit yang mengemban apa yang engkau bawa ini dan banyak yang memusuhinya, maka jika aku masih kuat hidup di waktu itu pasti aku akan membantumu sekuat-kuatnya". Tidak lama sesudah itu Waraqahpun meninggal dunia. (HR. Imam Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut jelaslah bahwa lima ayat pertama surah Al `Alaq ini adalah ayat-ayat Alqur’an yang pertama kali diturunkan sebagai rahmat dan panggilan Allah yang pertama kali yang dihadapkan kepada Nabi SAW.
Adapun ayat-ayat lainnya diturunkan sesudah tersiarnya berita kerasulan Nabi SAW. dan sesudah Nabi mulai mengajak orang-rang beriman kepadanya. Ajakan Nabi ini pada mulanya disambut oleh sebagian kecil orang-orang Quraisy, sedang kebanyakan mereka mengejek-ejek orang yang telah beriman dan berusaha agar jangan beriman kepada agama yang di bawa Muhammad dari Tuhannya.
Munasabah QS. Al-Alaq ayat 1-5
Adapun Munasabah surat al-Alaq dengan surat sebelumnya yaitu surat at-Tin bahwa Allah menjelaskan kejadian yang diciptakan–Nya dalam bentuk paling baik,sementara pada surat ini Allah menjelaskan asal kejadian manusia yang diciptakan darisegumpal darah (al-Alaq).
Dan munasabah surat ini dengan yang sesudahnya yaitu jika pada surat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Qur’an,sedang pada surat sesudahnya Allah menerangkan tentang permulaan turunnya Al-Qur’an.
Aspek Kandungan Pendidikan Dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5
Pesan pertama wahyu al-Qur’an adalah mengajarkan manusia untuk belajar, sehingga dengan belajar ini, manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Hal ini dipertegas pendapat Imam al-Maraghi, yang mengatakan, bahwa Allah SWT. menjadikan pena ini sebagai sarana berkomunikasi antara sesama manusia, sekalipun letaknya  saling berjauhan. Ia tidak ubahnya lisan yang bicara. Qalam adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu, Allah menciptakan benda  mati bisa menjadi alat komunikasi, sehingga tidak ada kesulitan bagi nabi Muhammad shalallahu‘alaihwassalam. Bisa membaca dan memberikan penjelasan serta pengajaran, karena jika tidak ada qalam, maka manusia tidak akan dapat memahami berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam QS. Al-‘Alaq ayat pertama tersebut, secara harfiah menurut Al Maraghi ayat tersebut dapat diartikan : “Jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak melakukannya”. Secara ringkas, makna kandungan surah ini adalah wahai Muhammad jadilah engkau menjadi seorang pembaca! Padahal sebelumnya tidak pernah menjadi pembaca. Kemudian bacalah apa yang telah diwahyukan Allah kepadamu. Janganlah kamu mengira-ngira karena memang kamu tidak dapat membaca dan menulis.
Sementara itu menurut Baiquni, ayat tersebut juga mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah SWT, juga mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad Saw agar membaca. Sedangkan yang dibaca itu objeknya bermacam-macam. Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah yang tertulis sebagaimana surah Al-Alaq itu sendiri, dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagad raya dengan segala hukum kausalitas yang ada di dalamnya, dan pada diri manusia. Berbagai ayat tersebut jika dibaca dalam arti ditelaah, diobservasi, diidentifikasi, dikategorisasi, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu membaca sangat penting sekali untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman manusia. Membaca juga sebagai bagian dari belajar. Dalam konteks ini merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Sedangkan tujuan belajar dapat di kemukakan menjadi dua hal: yaitu tujuan belajar yang ditentukan oleh yang belajar itu sendiri dan tujuan belajar oleh orang lain yang sedang belajar. Dalam proses belajar diperlukan adanya pendekatan, baik dalam belajar individual maupun belajar kelompok. Salah satu kunci dari berbagai pendekatan belajar individual adalah sumber belajar dan pusat sumber belajar, di mana banyak tersimpan materi pelajaran dan alat bantu yang disediakan untuk menunjang belajar mandiri (self learning).
Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan ketrampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional. Meskipun membaca juga memiliki manfaat sebagai sarana rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan, namun demikian membaca juga merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, sehingga anak harus belajar membaca. Hal ini sesuai dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yakni al-‘Alaq ayat 1-5.
Surat al-‘Alaq yang diajarkan kepada nabi Muhammad pada dasarnya merupakan konsep dasar  Islam tentang pembelajaran, yang dikenalkan melalui konsep baca dan tulis yang dianggap sebagai alat yang efektif untuk pendidikan. Dengan kedua instrumen inilah, menurut Sahal Mahfudh mengatakan bahwa ayat Allah, baik yang tertulis (qauliyah) maupun yang tidak tertulis (kauniyah) dapat dibaca dan ditelaah oleh umat manusia, karena sejarah mencatat, budaya baca dan tulis yang maju pesat pada masa Islam klasik telah menghantarkan umat Islam mencapai zaman keemasannya, sehingga menjadi umat yang memiliki pengetahuan dan peradaban yang paling tinggi pada masanya. Oleh karena itu tidak mustahil fakta sejarah ini menjadi terulang kembali, apabila kedua instrumen di atas menjadi budaya umat Islam dalam mempelajari ayat-ayat Allah, baik  qauliyah maupun kauniyah.
Dari uraian di atas jelas, bahwa membaca dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam sangat penting perannya dalam rangka untuk memahami agama Islam. Membaca yang dimaksudkan di sini sebagaimana telah dijelaskan dalam surat al-‘Alaq  ayat 1-5 tidak hanya sekedar membaca teks dalam bentuk tulisan, namun lebih dari itu adalah memahami maksud dan tujuan agama Islam itu sendiri, sehingga dengan membaca ini seseorang yang mengamalkan dalam kehidupan sehari. Oleh karena itu, hasil membaca itu sendiri sinkron dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam yang tidak sekedar mampu memahami dan mengetahui (menguasai aspek kognitif), namun juga menyentuh aspek afektif dan psikomotorik.














DAFTAR PUSTAKA

Abi al-Hasan Ali Bin Ahmad al-Wahdy al-Naisabury, Asbabun Nuzul, (Beirut  : Dar al-Fikr, 1311 H/1991 M)
Mushthafa al-maraghi Ahmad, Tafsir Al-maraghi, Jilid X, (Beirut  : Dar al-Fikr).
Quraish Shihab M., Tafsir al-Misbah (Kairo: Lentera Hati, 2009).
Abdurrahman Mas’ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan, (Semarang: Aneka Ilmu, 2004)
Mustafa al-maraghi Ahmad, Tafsir Al-Maraghi, juz 29, (Mesir: mustafa bab al-halabi, t.th.)
Posting Komentar

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan dan sesuai dengan topik pembahasan