Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

OBSERVASI PERILAKU KEBERAGAMAAN KOMUNITAS FORMATUS (FORUM REMAJA MASJID BAITUSSALAM)

OBSERVASI PERILAKU KEBERAGAMAAN KOMUNITAS FORMATUS (FORUM REMAJA MASJID BAITUSSALAM)

Makalah ini disusun guna memenuhiTugas
       UAS  : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Atika Ulfia Adelina, M.Si










Di susunoleh :

1.     PURNOMO                                 NIM : 1410120067



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI TARBIYAH JURUSAN PAI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016


1.        Profil
                latar belakang terbentuknya Forum Remaja Masjid Baitussalam ini adalah ketika pemuda disekitar masjid mulai resah dengan lingkungan masjidnya yang mulai kurang kondusif dan masjid selalu sepi, akhirnya ada yang mengusulkan untuk membentuk suatu forum dan disambut dengan tangan terbuka oleh remaja dilingkungan masjid dan akhirnya pada tahun 2009, terbentuk lah suatu forum yang dinamai FORMATUS (Forum Remaja Masjid Baitussalam), yang pada mulanya hanya diisi dengan pengajian dan musyawarah yang diadakan seminggu sekali, kemudian sekarang diselingi dengan arisan juga untuk lebih menarik minat para remaja.

2.       Pengetahuan Keagamaan

                Berikut ini adalah hasil percakapan saya dengan beberapa anggota FORMATUS : Bambang/bg (26), M. Syaifuddin/ms (23), Dhani/dh (22), Fikri Fatchurrahman/ff (22), Helmy/hy (21). saya/067 menanyakan beberapa pertanyaan yang hampirserupa kepada mereka semua ada yang melalui pertanyaan tertulis dan secara langsung. dan sudah saya translate ke bahasa Indonesia .
Ø  Bambang/bg(26)
067 :  suatu saat kalau kita meninggal, kita bisa melihat Allah atau tidak mas?
bg : ya.. semoga.. aku dan kamu termasuk orang beruntung, dan suatu saat bisa melihat Allah
067 : berarti kalau Allah menghendaki ya.. manusia bisa melihat Allah ya mas?
bg : ya.. apa sih yang tidak mungkin bagi Allah
067 :iya ya mas.. Allah memang kuasa. Malaikat-malaikat.. seperti malaikat jibril, isrofil, sekarang tugasnya apa mas? malaikat jibril ya.. sudah tidak menurunkan wahyu, isrofil ya.. belum waktunya meniup sangka-kalanya.
bg : tidak tau juga ya.. mungkin ya.. tetap beribadah semua
067 : nabi yang terakhir  kan Nabi Muhammad ya.. kan mas?, terus kalau ada orang2 yang ngaku2 nabi menurutmu bagaimana?
bg : itu ya.. orang pekok
067 : baca Al-Qur’an kalau tidak tau maksudnya dapat pahala atau tidak mas?
bg : aku pernah dengar, pas ada kiyai ceramah.. mau tahu ataupun tidak, tetap dapat pahala.
067 : Takdir atau qadha’ Qodarnya Allah bisa di tolak atau dirubah atau tidak mas?
bg : menurutku sih tidak bisa.. kalau sudah takdirnya nasibnya jelek ya.. tetap jelek
067 : kiamat bisa di tunda atau tidak mas?
bg: kok Aneh2 aja

Ø  M. Syaifuddin/ms (23)
067 : suatu saat kalau kita meninggal, kita bisa melihat Allah atau tidak mas?
ms : menurutku.. ya.. tergantung amal masing-masing.
067 : Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu pada Nabi Muhammad siapa mas?, trus tugas malaikat itu sekarang apa?
ms : malaikat jibril lah.. aku juga nggak tahu.
067 : nabi yang terakhir  kan Nabi Muhammad ya.. kan mas?, terus kalau ada orang2 yang ngaku2 nabi menurutmu bagaimana?
ms : bagi orang islam ya.. sudah pasti Nabi Muhammad Nabi terakhir.. Kalau ada yang ngaku2.. sudah pasti Nabi gadungan.
067 : petunjuk bagi orang islam itu apa saja mas?
ms : qur’an dan hadis.
067 : Takdir atau qadha’ Qodarnya Allah bisa di tolak atau dirubah atau tidak mas?
ms : mungkin-mungkin saja.
067 : kiamat bisa di tunda atau tidak mas?
ms : mungkin bisa, tapi aku tidak tahu caranya.
Ø  Dhani/dh (22)
067 : suatu saat kalau kita meninggal, kita bisa melihat Allah atau tidak mas?
dh : aku pernah dengar sih.. katanya beruntung-berunntungnya orang adalah yang kelak bisa melihat Allah.
067 : Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu pada Nabi Muhammad siapa mas?, trus tugas malaikat itu sekarang apa?
dh : kalau mlaikat yang menyampaikan wahyu adalah malaikat jibril. tapi iya ya.. mas.. terus apa tugas malaikat itu hehehehe..
067 : nabi yang terakhir  kan Nabi Muhammad ya.. kan mas?, terus kalau ada orang2 yang ngaku2 nabi menurutmu bagaimana?
dh : kalau aku sendiri.. sangat meyakini, kalau Nabi Mhammad Nabi terakhir, jadi kalau ada yang ngaku-ngaku nabi ya.. sudah pasti sesat.
067 : kitab seng paling sempurna dan terjaga keasliannya menurutmu apa?
dh : sudah pasti Al-Qur’an.
067 : qadha’ dan qodar itu apa?
dh : kalau qadha’ ya.. ketentuan, kalau qodar kepastian.
067 : terus bedanya apa?
dh : gak tau juga… hampir mirip hhheee.

Ø  Fikri Fatchurrahman/ff (22)
067 : rukun iman yang pertama ,iman kepada siapa?
ff : iman kepada Allah.
067 : rukun iman kedua, iman kepada?
ff : iman kepada malaikat Allah.
067 : Rukun iman ketiga, iman kepada?
ff : kitab Allah.
067 : rukun iman keempat, iman kepada?
ff : Utusan Allah
067 : rukun iman kelima, iman kepada?
ff : hari akhir
067 : rukun iman keenan, iman kepada?
ff : Qadha’ dan Qodar.
Ø  Helmy/hy (21)
067 : Rukun iman ada berapa?
hy : ada 6
067 : sebutkan salah satu dalil dalam Al-Qur’an yang menunjukan bahwa Allah itu esa!
hy : “Qul Huwallaahu Ahad”
067 : malaikat yang wajib diketahui ada berapa? sebutkan!
hy : ada sepuluh. Jibril,Mikail,Isrofil,Izroil,munkar,nakir,Rokib,Atib,Malik,Ridwan.
067 : apa nama kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad?
hy : Al-Qur’an
067 : sebutkan rukun iman keempat!
hy : iman kepada Rasul Allah.
067 : sebutkan dua tanda-tanda kiamat!
hy : terangkatnya ilmu, karena banyak orang2 alim yang meninggal, banyak terjadi perzinaan.

               

3.       Aktivitas Keagamaan

Dalam Komunitas ini, pengetahuan seputar keagamaan sangat berpengaruh karena memang formatus ini adalah komunitas yang bersifat keagamaan. dan dalam setiap memulai  dan mengakhiri kegiatan, sudah barang tentu berdo’a dan mengucapkan puja dan puji syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan. bahkan karena semuanya adalah dari NU biasanya selalu Washilah dulu, pada saat mengawali kegiatan rutinan.

4.      Tinjauan Kritis Penulis

Rata-rata dari narasumber masih belum yakin dengan jawabannya mengenai apakah nanti manusia bisa melihat Allah. menurut saya sendiri jika kita termasuk golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah pasti nantinya kita bisa melihat Allah, karena puncak kebahagiaan nantinya adalah kita bisa Melihat Allah.
Kaum mu’tazilah berpendapat, logika mengatakan bahwa Tuhan, karena bersifat immaterial tak dapat dilihat dengan mata kepala.[[1]]Sebagai argumen, Abd al-Jabbar mengatakan bahwa Tuhan tak mengambil tempat dan dengan demikian tak dapat dilihat, karena yang dapat dilihat hanyalah yang mengambil tempat. Dan juga kalau Tuhan dapat dilihat sekarang dalam alam ini juga. Dan tak ada yang dapat melihat Tuhan di alam ini.[[2]]
Kaum asy’ariah sebaliknya, berpendapat bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepala di akhirat nanti. Argumen yang dimajukan Al Asy’ari yang tak dapat dilihat hanyalah yang tak mempunyai wujud. Yang mempunyai wujud mesti dapat dilihat, dan seterusnya menurut Al Asy’ari, Tuhan melihat apa yang ada, dengan demikian melihat diri-Nya juga, kalau Tuhan melihat diri-Nya, ia akan dapat melihat manusia bisa melihat Tuhan.
Kaum maturidiah dalam hal ini sefaham dengan kaum asy’ariah. Al-Maturidi juga berpendapat  bahwa Tuhan dapat dilihat  karena Ia mempunyai wujud. Menurut Al-Bazdawi, Tuhan dapat dilihat sungguh pun tidak mempunyai bentuk, tidak mengambil tempat, dan tak terbatas.[[3]]
Menurut pendapat Muhammad Abduh, orang yang percaya pada tanzih (keyakinan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang menyerupai Tuhan) sepakat mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat digambarkan atau dijelaskan dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan hanya dianugerahkan pada orang-orang tertentu. Di akhirat, Tuhan tidak dilihat dengan mata kepala, tapi dengan suatu daya yang ada pada manusia ataupun daya baru yang akan diciptakan dalam dirinya dan mungkin dalam hatinya. Jelas kiranya bahwa Muhammad Abduh berpendapat bahwa Tuhan tak dapat dilihat dengan mata kepala.[[4]]
Dari semua narasumber, mengetahui tentang malaikat-malaikat Allah, bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir, dan jika orang yang mengaku-ngaku nabi, itu merupakan kebohongan, dan sudah pasti sesat. Al-qur’an merupakan kitab yang senantiasa terjaga kemurnian(keasliannya). dalam firman Allah  Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami(pula) yang memeliharanya” (Q.S. Al-Hijr : 9).
yang belum begitu dipahami oleh narasumber adalah tentang apa tugas malaikat jibril dan isrofil sekarang, Qadha’ dan Qodar bisa dirubah atau tidak, dan bisakah kiamat ditunda. menurut saya sendiri seperti yang diterangkan oleh bu Dosen bahwa semua bertasbih kepada Allah. jadi intinya malaikat jibril dan israfil sekarang tidak nganggur, tetapi juga ikut bertasbih kepada Allah.
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (Q.S. Al-Isra’ :44) .
                Kekuatan berdo'a bisa merubah Qadha' dan Qadar Allah s.w.t. Dengan berdo'a seseorang hamba itu akan merasakan dirinya lemah dan berhajat atau memerlukan kepada Allah.
 Ini berdasarkan kepada hadis Nabi s.a.w : Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi r.a. dari Nabi s.a.w. : "Tidak ditolak Qadha' (ketentuan Allah) kecuali dengan do'a. Dan tiada yang boleh memanjangkan umur melainkan membuat baik kepada ibu bapa" (Hadis Riwayat At-Tirmizi, Ibnu Hibban dan selainnya). Nabi s.a.w. mengistisna' (mengecualikan) bahwa Qadha’ yang bisa dirubah adalah yang Mu'allaq. Adapun Qadha' yang Mubram seperti kematian tidak bisa diubah kerana manusia pasti akan mati.[[5]]
Firman Allah s.w.t. "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepadaKu maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Aku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Surah al-Baqarah ayat 186).
Tidak akan datang kiamat bila masih ada yang berzikir Allah, Allah…kiamat akan ditunda 40 tahun. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Zikir seperti apa yang mampu menghadang kiamat? Semua orang bisa menyebut atau membaca Allah, Allah, anak kecil  pun bisa.
Kalau kiamat dunia bisa terbendung, mestinya kiamat dalam skala yang lebih kecil akan mudah terbendung…
Hadis di atas berhubungan atau paralel dengan hadis “Tidak akan memberi mudarat apa yang di langit maupun di bumi bagi orang yang beserta dengan nama Allah.”
Zikir yang mana? Zikir seperti apa dan oleh siapa? Bila ditelusuri lebih lanjut maka akan terlihat bahwa zikir yang dimaksud hanya zikir dari individu-individu tertentu….
Bila Allah SWT akan menimpakan suatu bencana pada suatu kaum atau suatu daerah, Allah SWT akan mematikan dulu atau memindahkan dulu orang atau hamba-hamba-Nya yang dikasihi-Nya. Bila masih ada hamba-Nya yang dikasihiNya, walaupun satu orang sekali pun, Allah SWT swt tidak akan menurunkan bencana-Nya. Orang yang seperti inilah yang “mampu” menyebut nama Allah dan zikir mereka lah yang mempunyai ‘energi’ untuk menolak bala bencana termasuk kiamat sekalipun. Jadi cukup satu orang saja yang mengucapkan, menyebut atau yang berzikir Allah, Allah maka berlakulah hadist yang disebut di awal tadi.
Zikir yang bagaimana? Zikir yang mampu membendung kiamat adalah yang tingkatannya seperti yang disebut dalam al Qur’an:
Dzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan dzikir kepadamu. (Q.s. Al Baqarah: 152)[[6]]

                                                                                         












                                                                                     DAFTAR PUSTAKA              

Opcit, Tsuroyo Kiswati, hlm. 105
Opcit, Harun Nasution, hlm. 139
Opcit, Harun Nasution, hlm. 140
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta, UI Press, 1987, hlm.81




DAFTAR NARA SUMBER

Bambang/bg (26)
M. Syaifuddin/ms (23)
Dhani/dh (22)
Fikri Fatchurrahman/ff (22)
Helmy/hy (21)












[[1]]Opcit, Tsuroyo Kiswati, hlm. 105
[[2]]Opcit, Harun Nasution, hlm. 139
[[3]]Opcit, Harun Nasution, hlm. 140
[[4]]Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta, UI Press, 1987, hlm.81